Sabtu, 11 Desember 2010

esai ringan pak gembala



saya menyebutnya pak "damai" bapak penggembala kerbau ini saban harinya mulai pagi sampai petang menggembala kerbau dikawasan bekas kebun binatang Tinjomoyo Semarang (kebun binatang sekarang pindah ke daerah mangkang). beliau tinggal berdua saja dengan istri tercintanya, keempat anak-anaknya semuanya sudah berkeluarga dan tinggal jauh darinya, sebulan sekali anak2nya menjenguknya.

untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dia sangat bergantung dari hasil penjualan ternaknya.dia memiliki sepasang kerbau beserta beberapa ekor kerbau yang masih kecil. menurutnya, biasanya satu tahun sekali dia menjual satu kerbau miliknya,karena dalam jangka satu tahun itu anakan dari indukannya sudah layak untuk dijual dan begitu seterusnya tiap tahunnya..

waktu saya bertanya tentang umur dia menjawab "jaman jepang njajah endonesia aku iki wis angon kebo nak, yo kiro-kiro umurku wektu kui 14 taun" (jaman penjajahan jepang di Indonesia saya sudah berumur kira-kira 14 tahun nak) karena pada jaman itu anak yang sudah bisa menggembalakan kerbau adalah anak yang sudah di sunat dan kira2 umur 14 gitu..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar